Osaka, 13 Mei 2025, Di tengah hangatnya semangat kolaborasi dan inovasi yang menggema di arena World Expo Osaka 2025, sebuah momen penting bagi diplomasi ekonomi Indonesia tercipta. Tepat pada hari Selasa itu, ditanda-tangani Nota Kesepahaman (moU) antara pelaku UMKM binaan Bank Indonesia Jawa Barat, PT Sila Angri Inovasi – produsen teh artisan berkelas Internasional – dengan PT FPC Japan Co. Ltd, perusahaan dagang berbasis di Osaka yang fokus pada produk teh premium dan berkelanjutan.
Langka ini menandai babak baru dalam perjalanan teh Indonesia di panggung dunia, terutama dalam menembus pasar Jepang, salah satu negara dengan standar kualitas teh tertinggi di dunia. Bukan hanya soal komoditas, tetapi juga diplomasi, berkelanjutan dan narasi rasa yang membawa identitas bangsa.
Acara penandatanganan yang berlangsung khidmat namun penuh optimis ini turut dihadiri oleh tokoh-tokoh penting yang menjadi jembatan antara dua bangsa. Diantaranya :
Hadirnya para pejabat tinggi ini bukan semata simbolis. Mereka menjadi saksi sejarah atas satu lagi langkah strategis dalam memperkuat posisi UMKM Indonesia sebagai aktor utama rantai pasok ekspor. Sebuah langkah yang bukan hanya berdampak bagi pelaku usaha, tetapi juga bagi wajah Indonesia di mata dunia.
Nota Kesepahaman ini tidak hanya mencakup komitmen dagang biasa. Ada beberapa poin penting yang menjadi kerja sama ini sebagai pilar strategis jangka panjang:
1. Penunjukan Eksklusif
PT FPC Japan Co. Ltd secara resmi ditetapkan sebagai distributor tunggal produk Sila Tea di Jepang. Ini artinya, teh artisan dari Tatar Parahyangan akan memiliki jalur distribusi yang eksklusif dan terfokus di pasar Jepang – sebuah negara yang menghargai kualitas, konsistensi, dan cerita di balik sebuah produk.
2. Pemetaan Distribusi & Mitra Lokal
FPC Japan diberi keleluasaan untuk menunjuk sub-distributor dan mitra penjualan lokal. Langkah di diambil untuk memperluas penetrasi pasar secara efektif mulai dari ritel premium hingga kafe teh spesialti yang tersebar di seluruh Jepang.
3. Rencana Bisnis Bersama
Tidak berhenti pada transaksi, kedua perusahaan sepakat untuk menyusun rencana strategi pemasaran dan distribusi. Kolaborasi ini akan menggabungkan keunggulan produk Sila Tea dan pemahaman pasar Jepang dari FPC Japan, menciptakan sinergi yang kuat dan berkelanjutan.
4. Pembangunan “Sila Artisan Tea Home” di Kyoto
Salah satu highlight dari kesepakatan ini adalah rencana pendirian galeri dan pusat edukasi teh artisan Indonesia di Kyoto. Proyek ini bukan hanya ruang pamer, tapi juga titik temu budaya, cita rasa dan nation branding. Disanalah, teh Indonesia akan diperkenalkan dalam balutan estetika dan filosofi yang diihargai oleh masyarakat Jepang.
5. Kesepakatan Lanjutan
Detail teknis dan nilai transaksi akan dituangkan dallam Distributiorship Agreement – tahapan lanjut yang memastikan kesinambungan kerja sama ini dalam bentuk yang lebih dan terukur.
Momen ini bukan sekedar tentang satu produk menembs satu pasar. Ia adalah simbol dari apa yang bisa dicapai oleh UMKM Indonesia ketika diberi ruang, dukungan, dan strategi yang tepat.
Teh, sebagai komoditas, memang memiliki tempat spesial di hati masyarakat Jepang. Namun lebih dari itu, konsumen Jepang kini sangat memperhatikan aspek keberlanjutan, proses produksi yang organik, serta cerita lokal yang kuat. Menurut laporan Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang (METI 2024), produk-produk dengan narasi autentik dan pendekatan ramah lingkungan mengalami peningkatan signifikan dalam lima tahun terakhir.
Sila Tea menjawab kebutuhan ini. Ditanam di lahan subur di Jawa Barat, diproses dengan teknik artisan oleh komunitas petani lokal, dan dikembangkan melalui pendampingan Bank Indonesia yang berkelanjutan, teh ini membawa nilai lebih dari sekedar rasa. Ia membawa cerita Indonesia.
Kesepakatan ini juga menjadi bukti bagaimana lembaga negara seperti Bank Indonesia memainkan peran penting dalam pembangunan ekosistem ekspor UMKM yang Tangguh dan adaptif. Melalui KPwBI Provinsi Jawa Barat dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Tokyo, Bank Indonesia tidak hanya menjadi fasilitator, tetapi juga enabler – penggerak yang mampu menjembatani pelaku UMKM dengan jejaring global.
Inisiatif ini selaras dengan visi besar diplomasi ekonomi Indonesia: menjadi pelau UMKM sebagai wajah utama ekspor nasional. Dengan mempertemukan UMKM berkualitas dengan mitra strategis seperti FPC Japan, terbuka peluang besar memperluas pasar, meningkatkan devisa dan tentu saja mengangkat nama Indonesia melalui produk-produk terbaiknya.
Penanda-tanganan MoU ini bukanlah akhir, melainkan gerbang awal dari sebuah perjalanan panjang. Tantangan tentu akan datang – mulai dari adaptasi terhadap regulasi ekspor-impor, perubahan tren konsumen hingga logistik distribusi. Namun dengan kolaborasi yang era tantara pelaku usaha, pemerintah, dan mitra Internasional setiap tantangan bisa dijadikan peluang.
Satu hal yang pasti: hari itu, di Osaka, dunia menyaksikan bagaimana teh Indonesia – khususnya dari tanah Jawa Barat – diperkenalkan tidak hanya sebagai komoditas dagang tetapi sebagai representasi budaya, keberlanjutan, dan semangan kolaboratif bangsa.
Ketika secangkir teh diseduh di tengah kota Kyoto nanti, dengan label Sila Artisan Tea tertulis anggun pada kemasannya, mungkin tak banyak yang tahu kisah panjang di baliknya. Bahwa teh itu adalah hasil kerja keras petani di perbukitan Jawa Barat. Bahwa teh itu diproses dengan penuh ketelitan didampingi oleh Bank Indonesia, dan akhirnya menyebrang lautan menuju Jepang karena adanya kerja sama strategis antar bangsa.
Namun justru di situlah makna dari semua ini. Diplomasi ekonomi bukan hanya bicara angka, tetapi juga bagaimana kita menjadikan produk lokal sebagaii dua budaya, rasa, dan nilai-nilai luhur bangsa.
Dan hari itu, di World Expo Osaka 2025, Indonesia mengambil satu langkah pasti menuju masa depan dimana UMKM bukan hanya pelengkap melainkan pilar utama ekonomi global.